Nita Aartsen dan tantangan Pimpin NusantEro Big Band

Gaya Hidup » Mashudi | 01/03/2020 08:12:00 WIB

Nama Nita Aartsen sudah tidak asing lagi di telinga para pecinta musik jazz. Di ajang Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2020, ia kembali menunjukkan kepiawaiannya tidak hanya sebagai musisi jazz dan pianis-vokalis, tetapi juga sebagai music director.

Perempuan kelahiran 6 Juni 1971 yang sudah malang melintang di musik jazz baik di dalam negeri maupun di kancah internasional memimpin 24 musisi yang tergabung dalam NusantEro Big Band.

17 tahun berpengalaman menjadi pianis Istana Negara Republik Indonesia dan puluhan tahun manggung di Eropa membuat Nita disegani di kalangan musisi. Itulah yang membuatnya didaulat oleh Uni Eropa untuk memimpin NusantEro.

Walau sering berkolaborasi dengan musisi internasional, kali ini ia tetap merasa tertantang untuk memimpin NusantEro, salah satunya dikarenakan keberagaman usia dan negara asal musisi-musisi tersebut.

Disamping 11 musisi Indonesia, berdampinganlah dengan musisi Jazz Eropa yang berasal dari Belgia, Denmark, Jerman, Hongaria, Italia, Belanda, Polandia, Slovakia, Spanyol, Swedia dan juga Switzerland.  

Nita pun langsung bersemangat untuk mendukung diplomasi budaya dari dua belahan dunia barat dan timur. The spirit of east meets west! Wanita yang bermukim di Bali saat tidak sibuk tur di mancanegara ini langsung memilih lagu-lagu karya komposer ternama Indonesia dan Eropa, lalu mengemasnya dengan aransemen yang fresh hingga siapa pun yang mendengarkannya tidak hanya terhibur, namun juga terhanyut dalam narasi dan emosi dari harmoni komposisi musik-musik tersebut.

Nama Nita, sudah dikenal mampu mengaransir semua lagu dalam gaya latin jazz seperti yang tercermin dalam albumnya ‘All Nite Out’. Latin jazz yang sangat kental ditonjolkan melalui karya lagu Rame-Rame dan Cuban Thunder.

Tidak hanya itu, Nita juga menghadirkan musisi lintas generasi melalui NusantEro. Generasi muda direpresentasikan oleh gitaris Brandon Julio, pemain harmonika Rega Dauna, serta pemain saksofon dan klarinet Eugen Bounty.

Sementara musisi senior (kelahiran tahun 60-an) diwakili oleh Danilo Moccia peniup trombon asal Switzerland,  vokalis Belanda Alexander dan Gerard Kleijn pemain trompet yang juga berasal dari Belanda.

Kekayaan perpaduan tersebut merupakan perwujudan dari semboyan yang sama antara 'Bhinneka Tunggal Ika' dari Indonesia dan 'Unity in Diversity' dari Uni Eropa. Hal tersebut merupakan upaya Uni Eropa untuk misi diplomasi budaya melalui jalur musik sehingga dapat diterima oleh semua generasi.

Di hari pertama penampilan NusantEro di Java Jazz Festival, NusantEro memainkan lagu La Mer. Lagu yang lebih dikenal sebagai lagu standar jazz ‘Beyond the Sea’ ini, dinyanyikan dalam bahasa Prancis oleh trio akapela dari Indonesia ; Arief Dharma, Zaky Tifano dan Yohanes Raka.

Sebagai lagu daerah asal Betawi 'Jali-Jali'  dibawakan dengan sangat meriah dan penuh kejutan lewat pelopor gamelan mulut asal Bali, Made Wardhana.

Sementara vokalis Belanda, Alexander berduet dengan Nesia Ardi mempersembahkan “Als de Orchideen Bloeien” atau “Bunga Anggrek” karya Ismail Marzuki.

Beberapa lagu lainnya adalah Svantetic (Polandia), Cuban Thunder (Denmark), La Nuit Africaine (Perancis), lagu rakyat Payung Fantasi dan Rame-Rame karya Christ Kayhatu.

(rr/Syam)

Artikel Terkait :

Share : Twitter | Facebook

Kirim Komentar