Berbelanja Daring dengan Dompet Digital Lebih Praktis

Saintek » Mashudi | 18/06/2021 17:15:00 WIB

Dalam rangka kegiatan Rangkaian Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital”, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siber Kreasi bersama Dyandra Promosindo menyelenggarakan kegiatan virtual bertemakan “Bagaimana Berbelanja Online dengan Dompet Digital” pada 18 Juni 2021 di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kolaborasi ketiga lembaga tersebut dikhususkan pada penyelenggaraan Literasi Digital di wilayah Sulawesi.

Pada acara ini, dimoderatori oleh Febrina Stevani dan menghadirkan narasumber, di antaranya M. Faiz Ghifari selaku pendiri Gratisin Belajar, Saifudin Gani selaku peneliti sastra dan pendiri Pustaka Kabanti, Arham Rasyid selaku penulis, dan Ramsiah Tasruddin selaku dosen UIN Alauddin Makassar.

Webinar ini diikuti oleh 383 peserta dari berbagai kalangan. Rangkaian Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi ini menargetkan 57.550 peserta untuk keseluruhan rangkaian acara.

M. Faiz Ghifari dalam pemaparannya mengutip data dari We Are Social yang menyebut penetrasi internet di Indonesia mencapai 76% yang dipicu pandemi. Lebih lanjut, ia juga menyajikan data aplikasi dompet digital terbesar di Indonesia, yaitu GoPay, OVO, dan DANA. Selain terhindar dari uang palsu dan paparan virus serta bakteri, dompet digital dianggap lebih cepat dan praktis karena memiliki beragam fitur.

“Namun demikian, dompet digital juga memiliki kekurangan, seperti terbatasnya tempat penggunaan, dikenakan biaya transaksi, dan menimbulkan sikap konsumtif,” lanjut Faiz.

Syaifuddin Gani mengatakan, penggunaan media digital dalam bertransaksi meningkat pesat. Namun, pemanfaatan dunia digital yang tidak bijak dapat membuat penggunanya terjerat kasus hukum.

Arham Rasyid menyebut bahwa ada beberapa tipe pembelanja, yaitu pembelanja sosial, pembelanja terencana, pembelanja doyan sedekah, pembelanja untuk terapi, dan pembelanja menyebalkan. Arham juga memaparkan godaan belanja daring seperti maraknya diskon, tren, dan kemudahan transaksi.

“Belanja daring dapat memicu seseorang menjadi konsumtif, sehingga kita harus mengendalikan diri agar tidak menyesal kemudian,” pesannya.

Sedangkan Ramsiah Tasruddin menyajikan diagram pembelanja daring yang didominasi generasi milenial dan generasi Z. Maraknya belanja daring dipicu promo diskon nan menggiurkan dan gratis ongkos kirim. “Produk yang paling banyak dibeli adalah kosmetik dan pakaian,” kata dia.

Setelah pemaparan materi dari keempat narasumber, kegiatan Literasi Digital dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Para peserta antusias memberikan pertanyaan kepada para narasumber terkait tema dan materi yang telah disampaikan. Salah satu peserta, Syarifudin, bertanya tentang keunggulan dompet digital dalam konteks keamanan data dan saldo di dalamnya.

Menurut Gani, tidak ada satupun aplikasi dompet digital yang benar-benar aman. Oleh karena itu, pengguna harus mengikuti ketentuan dari aplikasi dompet digital tersebut dan melapor kepada pihak pengembang apabila terjadi kebocoran data.

Kegiatan Literasi Digital mendapatkan apresiasi dan dukungan dari semua pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru dan mengedukasi para peserta webinar. Kegiatan Literasi Digital ini pun disambut positif oleh masyarakat khususnya di Sulawesi.

Kegiatan Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai dari Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan  materi yang informatif yang pastinya disampaikan oleh para narasumber terpercaya.

Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, informasi bisa diakses melalui https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.

(rr/Syam)

 

Artikel Terkait :

Share : Twitter | Facebook

Kirim Komentar