Daewoong Pharmaceutical (CEO Seng-ho Jeon dan Chang-jae Lee) mengungkapkan bahwa perusahaan telah mengajukan aplikasi obat baru (NDA) di Indonesia, Filipina dan Thailand, pasar terbesar di Asia Tenggara untuk Enavogliflozin, obat baru tipe penghambat enzim SGLT2 untuk diabetes.
Daewoong Pharmaceutical berencana untuk mempercepat masuknya produk ke negara-negara ASEAN, dimulai dengan pengajuan NDA untuk Enavogliflozin di Indonesia, Filipina, dan Thailand.
Mereka juga berencana untuk masuk ke negara lain seperti China, Arab Saudi dan Rusia untuk menembus 15 negara pada tahun 2025 dan 50 negara pada tahun 2030, membuat Enavogliflozin menjadi obat terbaik di kelasnya.
Menurut data Global IMS tahun 2021, besaran pasar diabetes di negara-negara ASEAN mencapai USD 1,3 miliar, yakni Indonesia USD 226 juta, Thailand USD 308 juta, dan Filipina USD 365 juta.
Negara-negara ASEAN yang terus bertumbuh setiap tahun, mendapatkan perhatian sebagai pasar yang sedang berkembang dalam industri farmasi dan bioglobal, dan khususnya, Indonesia pemilik populasi terbanyak keempat di dunia dan merupakan salah satu negara yang paling banyak mengkonsumsi obat-obatan di Asia.
Daewoong Pharmaceutical berencana untuk meminimalkan kesenjangan antara waktu rilis di negara-negara besar setelah peluncuran pada paruh pertama tahun ini di Korea. Mereka berharap hal itu akan membawa durasi paten yang lebih lama daripada obat saingan lainnya di negara tersebut, memaksimalkan posisi sebagai obat baru yang asli di negara tersebut.
Bulan lalu, Daewoong Pharmaceutical menandatangani kontrak ekspor senilai USD 84,36 juta dengan Brasil dan Meksiko. Ukuran pasar diabetes Brasil dan Meksiko adalah sekitar USD 1,54 miliar, terhitung 70% dari seluruh pasar diabetes di Amerika Tengah dan Selatan. Mitra lokalnya adalah M8 Pharmaceuticals (CEO Joel Barlan), dan Enavogliflozin ditargetkan akan dirilis pada paruh kedua tahun 2024 dengan bergerak cepat mengikuti prosedur perizinan lokal.
Enavogliflozin adalah penghambat sodium glucose cotransporter 2 (SGLT2) pertama di Korea untuk pengobatan diabetes yang dikembangkan November lalu oleh Daewoong Pharmaceutical. Obat ini telah terbukti menunjukkan efek obat yang setara dengan hanya 0,3mg yaitu 1/30 dari jumlah inhibitor SGLT2 yang ada dan hemoglobin terglikasi (HbA1c) yang luar biasa dan efek penurunan gula darah puasa dibandingkan dengan obat yang ada di pasaran melalui fase 3 klinis uji coba pada pasien diabetes tipe 2, serta keamanannya. Selain itu, proporsi pasien dengan penurunan hemoglobin terglikasi lebih dari 0,5% dibandingkan sebelum pengobatan juga tercatat hingga 82,9%, dibandingkan dengan kadar 40-60% obat di kelas yang sama.
Enavogliflozin, yang menunjukkan efek pada penurunan berat badan, penurunan tekanan darah, peningkatan profil lipid, dan peningkatan resistensi insulin, serta efek penurunan gula darah dan peningkatan proteinuria yang sangat baik dibandingkan dengan kelas obat yang sama pada pasien diabetes tipe 2 dengan penurunan fungsi ginjal, diharapkan menjadi pilihan pengobatan baru untuk pasien dengan kontrol gula darah yang tidak memadai. Saat ini, ada tiga indikasi yang dijamin: monoterapi, terapi kombinasi metformin, terapi kombinasi metformin dan gemigliptin.
CEO Daewoong Pharmaceutical, Seng-ho Jeon, menyatakan, “Permohonan lisensi produk baru-baru ini di Indonesia, Filipina, dan Thailand untuk Enavogliflozin setelah Fexuprazan merupakan pencapaian luar biasa atas langkah kami untuk mengembangkan obat baru sintetis dalam negeri menjadi blockbuster global."
Ditambahkannya, dengan aplikasi lisensi produk tersebut di negara ASEAN sebagai titik awal, kami berharap Enavogliflozin akan memperluas masuknya ke pasar global di masa mendatang.
(rr/Syam)