Cisco Luncurkan Penelitian Baru Menyoroti Kesenjangan Besar dalam Kesiapan Perusahaan untuk AI

Saintek » Mashudi | 17/11/2023 09:39:00 WIB

Penelitian Cisco Mengungkap Hanya 20% Organisasi di Indonesia yang Sepenuhnya Siap untuk Menjalankan dan Memanfaatkan AI, dengan Lebih dari Setengahnya Mengakui Sangat khawatir Mengenai Dampaknya Terhadap Bisnis Jika Mereka Gagal Melakukan Tindakan dalam 12 Bulan Mendatang

menurut AI Readiness Index pertama Cisco yang dirilis hari ini (16/11/2023), hanya 20% dari organisasi di Indonesia yang sepenuhnya siap untuk menerapkan dan memanfaatkan teknologi yang didukung oleh Artificial Intelligence (AI). Penelitian yang mensurvei lebih dari 8.000 perusahaan dunia ini dikembangkan sebagai respon terhadap percepatan pengadopsian AI, pergantian generasi yang berdampak kepada hampir semua bidang bisnis dan kehidupan sehari-hari.

Laporan ini menyoroti kesiapan perusahaan untuk menggunakan dan menerapkan AI, menunjukkan kesenjangan kritis di semua pilar bisnis utama dan infrastruktur yang memberikan risiko serius dalam waktu dekat.

Penelitian baru ini menemukan bahwa pengadopsian AI berkembang secara lambat selama puluhan tahun, namun kemajuan Generative AI, yang tersedia untuk umum pada tahun lalu, mendorong perhatian lebih besar terhadap tantangan, perubahan dan peluang baru yang dimunculkan oleh teknologi ini.

Meskipun 89% responden yakin bahwa AI akan memiliki dampak signifikan terhadap operasional bisnis mereka, AI juga akan menimbulkan masalah baru dalam hal privasi dan keamanan data. Hasil temuan dari Index ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan menghadapi tantangan paling besar dalam pemanfaatan AI bersama dengan data mereka. Bahkan, 76% responden mengakui bahwa hal ini terjadi karena data terkotak-kotak di dalam organisasi mereka.  

Namun, ada juga berita positif. Penemuan dari Index ini mengungkap bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mengambil banyak langkah proaktif untuk bersiap menghadapi masa depan yang terpusat pada AI.  Ketika berbicara tentang pengembangan strategi AI, 99% dari organisasi sudah memiliki strategi AI yang kuat atau dalam proses untuk mengembangkan strategi tersebut.

Lebih dari dua pertiga (86%) organisasi diklasifikasikan sebagai Pacesetter atau Chasser (sepenuhnya siap /cukup siap), dan tidak ada yang masuk dalam kategori Laggards (tidak siap). Ini mengindikasikan level fokus yang signifikan dari eksekutif di tingkat direksi (C-Suite) dan pemimpin IT. Hal ini mungkin didorong oleh fakta bahwa semua responden menyatakan bahwa urgensi untuk menerapkan teknologi AI di dalam organisasi mereka telah meningkat dalam enam bulan terakhir, dengan infrastruktur IT dan keamanan siber dilaporkan sebagai bidang yang menjadi prioritas utama untuk penerapan AI.  

“Ketika perusahaan bergegas menerapkan solusi-solusi AI, mereka harus menilai di mana investasi dibutuhkan untuk memastikan infrastruktur mereka bisa mendukung permintaan dari beban kerja AI,” kata Liz Centoni, Executive Vice President dan General Manager, Applications and Chief Strategy Officer, Cisco. “Organisasi juga harus bisa mengobservasi dengan konteks bagaimana AI digunakan untuk memastikan ROI, keamanan dan terutama tanggung jawab.”  

Hasil Temuan Utama

Di samping hasil temuan nyata bahwa secara keseluruhan, hanya 20% perusahaan yang merupakan Pacesetters (sepenuhnya siap), penelitian ini juga mengungkapkan bahwa 29% perusahaan di Indonesia dianggap Laggards (tidak siap) dengan tingkat kesiapan hanya 1%, atau Followers (kesiapan terbatas) di 28%. Beberapa dari penemuan yang paling signifikan termasuk: 

Cisco AI Readiness Index  

Cisco AI Readiness Index baru ini dikembangkan berdasarkan double-blind survey kepada 8.161 bisnis di sektor swasta dan pemimpin IT di 30 pasar, dilakukan oleh pihak ketiga independen yang melakukan survei kepada responden dari perusahaan dengan 500 atau lebih karyawan. Index ini menilai kesiapan AI para responden di enam pilar utama: strategi, infrastruktur, data, tenaga kerja, tata kelola dan budaya. 

Perusahaan-perusahaan dinilai dari 49 metrik berbeda di semua enam pilar ini untuk menentukan nilai kesiapan untuk masing-masing, serta nilai kesiapan keseluruhan untuk organisasi responden. Setiap indikator diberikan bobot tersendiri berdasarkan kepentingan relatifnya dalam mencapai kesiapan pilar yang diterapkan. Berdasarkan nilai keseluruhannya, Cisco telah mengidentifikasi empat kelompok pada tingkat kesiapan organisasi yang berbeda – Pacesetters (sepenuhnya siap), Chaser (cukup siap), Followers (kesiapan terbatas), dan Laggards (tidak siap).

(rr/Syam)

Artikel Terkait :

Share : Twitter | Facebook

Kirim Komentar