Jill Abramson

Agar Menang, Clinton Harus Meniru Jiwa Perjuangan Sanders

Kolom » Jill Abramson | 14/04/2016 19:40:00 WIB

Apa yang Bernie Sanders perjuangkan? Selain pidato inspiratif, seorang calon presiden Amerika Serikat (AS) harus memiliki rencana kebijakan dan program kerja yang jelas.

Namun, pada suatu pertemuan dengan dewan redaksi New York Daily News, Sanders tidak dapat menjelaskan rencana kebijakannya secara spesifik dan jelas, tanpa membuat negara bangkrut. Ia tidak yakin apakah bank sentral atau Kongres yang memiliki mandat untuk melaksanakan kebijakannya. Ia terbata-bata dalam isu hubungan Israel-Palestina, dan banyak hal lain. Ia bahkan menyebut Hillary Clinton “tidak layak” untuk menjadi presiden.

Tampaknya, pendukung Sanders tidak peduli dengan kekurangan tersebut. Pendukungnya, yang sebagian besar pemilih muda dan berkulit putih, tetapi setia sampai akhir. Kesetiaan ini hampir serupa dengan pendukung Donald Trump yang sepertinya tidak acuh dengan apakah yang ia katakan fakta atau fiktif.

Hal ini, karena kampanye keduanya berakar pada narasi perjuangan. Sanders mengangkat isu keadilan sosial yang dapat merangkul siapa saja yang beraliran kiri dan menuntut revolusi. Namun, sesi dengan dewan redaksi Daily News mengungkapkan revolusi tersebut tidak praktis dan sulit diwujudkan seperti halnya janji Trump.

Hal mendetil tentang implementasi kebijakan tampaknya juga dilupakan pada suatu acara kampanye Sanders di Manhattan, New York. Tempat tersebut dipenuhi oleh seniman dan aktivis dari berbagai gerakan, seperti aktivis dari Occupy Wall Street, Black Lives Matter, Greenpeace, dan yang lain.

“Bernie merangkul semua ide dan gerakan ini dan menyatukannya dalam suatu wadah,” kata Rebecca Goyette, pendidik dan seniman, yang pernah berkeliling AS berpakaian seperti misil sebagai protes terhadap perang yang dijalankan pemerintahan Bush.

Ketika Sanders berbicara tentang ketidakadilan ekonomi dan kelompok 1% terkaya di dunia, ia menggunakan istilah-istilah moral untuk mendeskripsikan mereka. Seperti hanya para aktivis Occupy Wall Street, mereka sering menggunakan istilah “imoral” untuk menuduh para kapitalis.

Para aktivis Occupy Wall Street tidak cukup terorganisasi, sampai hadirnya kampanye Sanders. “Sanders merupakan jalan dan taktik kami,” kata Winnie Wong, salah seorang aktivis yang menginisiasi tagar #FeeltheBern. Mereka berpikir, bahkan jika Sanders kalah di pemilihan pendahuluan negara bagian besar, seperti New York, Pennsylvania, dan Kalifornia, ia telah berhasil mendorong Clinton semakin liberal. Gerakan ini sangat lihai dan efektif, setidaknya di beberapa pemilihan pendahuluan terakhir. Mereka membantu menggalang dana hingga $44 juta di bulan Maret yang sebagian besar secara online.

Clinton juga menunjukkan kekuatannya, khususnya di komunitas masyarakat berkulit hitam. Terlebih, sebagian penasihat terdekatnya telah bekerja dengan kandidat presiden Partai Demokrat sejak tahun 1960.

Bahkan dengan proposal lingkungan hidupnya yang sempurna dan rencana spesifik untuk memperkuat sistem perbankan AS, ia tidak dapat melepaskan citra sebagai kandidat status quo. Clinton telah meyakinkan bahwa pelayanannya kepada pemerintah selama ini membuatnya menjadi calon presiden yang mumpuni. Namun, hal tersebutlah yang menjadi masalah Clinton.

Sudah hampir pasti, Clinton akan mewakili Partai Demokrat dalam pemilihan umum presiden AS pada bulan November nanti. Suka atau tidak, ia harus merangkul semangat dan protes para aktivis pendukung Sanders demi memenangkan Partai Demokrat.

Untuk memenangkan pendukung Sanders, Clinton harus lebih dari sekedar membuat takut lawannya dari Partai Republik. Ia harus dapat menginspirasi. Ia harus membangkitkan semangat perjuangannya. *** (Igp/JA)

Sumber: The Guardian

Artikel Terkait :

Share : Twitter | Facebook

Komentar

Kirim Komentar