Etika Politik Menurun, Kepentingan Uang dan Kekuasaan Dominan

Politik » 21/05/2014 06:31:54 WIB

Pengamat dan sekaligus guru besar Universitas Islam Negeri Jakarta, Prof. Komaruddin Hidayat, menegaskan bahwa etika politik dalam praksis perpolitikan di tanah air dirasakan sudah sedemikian mengendur dan tersubstitusi dengan kepentingan uang dan kekuasaan yang terus menguat.

“Kepercayaan saya pada etika politik sudah sangat menurun. Yang dominan adalah kepentingan uang dan kekuasaan, apapun retorika yang dikemukakan,” ujarnya saat dihubungi oleh juru warta di Jakarta, Selasa (20/5).

Selain itu, Prof.Komar juga enggan memberikan komentar saat dirinya ditanya seputar suara islam Indonesia—terlebih dari ormas islam terbesar seperti NU dan Muhammadiyah—kira-kira akan banyak terserap ke partai mana dan ke figur siapa dalam pilpres 9 Juli mendatang.

“Saya no comment,” tukasnya.  

Prof. Komar justru mempertanyakan apakah masih ada semacam pengikat semua umat islam dalam sikap politik. “Sekarang ini, apakah masih ada pengikat dan pemersatu mereka yang disebut NU, Muhammadiyah dan umat islam dalam sikap politik?” tanya dia.

Menurut Prof. Komar, suara warga NU dan Muhammadiyah tidak bisa ditentukan oleh kiai dan pimpinannya. Mereka memiliki kebebasan memilih presiden. Apalagi, anjuran kiai dan pimpinan ormas tersebut, belum tentu dan tak ada jaminan akan ditaati.

Dalam negeri yang mayoritas penduduknya islam, kata Prof. Komar, maka sebenarnya islam ada dimana. Sebab, hampir semuanya adalah islam, dua kandidat presiden dan cawapresnya yang akan berlaga sama-sama islam.

“KPK juga islam, koruptor juga islam,” terangnya Yang dibutuhkan rakyat, lanjut dia, sebenarnya adalah mereka yang punya integritas, pengalaman kerja dan semangat untuk melayani. Hal itu yang menurutnya substansial.

(rr/ant)

Artikel Terkait :

Share : Twitter | Facebook

Kirim Komentar